Pola Makan Sehat dan Bergizi untuk Meningkatkan Imunitas saat Terserang Covid-19
Pada konsepnya penyakit itu ada dua tipe, yakni penyakit menyebar dan penyakit tidak menyebar. Virus Corona sebagai pemicu dari penyakit menyebar, sedang persoalan kesehatan yang muncul karena kekeliruan skema makan (misalkan: diabetes, cholesterol dan sebagainya, terhitung dalam kelompok penyakit tidak menyebar).
Maknanya proses menyebarnya virus Corona ini sebetulnya nyaris tidak ada hubungan dengan skema makan warga Indonesia. European Food Safety Association (EFSA) sendiri dalam rilisnya di tanggal 9 Maret 2020 menerangkan jika belum terdapat bukti yang memperlihatkan jika makanan sebagai sisi dari jalur penyebaran virus corona (sudah pasti saat kita konsumsi makanan itu secara betul dan pada kondisi bersih sama sesuai standard).
Tetapi, walau makanan bukan agen penebaran virus corona dan bukan pemicu munculnya penyakit itu, tapi skema makan benar-benar berkaitan erat dengan ketahanan badan manusia saat diserang virus corona. Seorang dengan skema makan yang bagus, sudah pasti memiliki ketahanan badan yang lebih bagus dibanding dengan seorang yang memiliki skema makan yang tidak bagus.
Ini bisa berpengaruh di tingkat kefatalan gempuran virus corona, sampai paling parahnya mengakibatkan kematian. Pada seorang yang dengan skema makan tidak bagus, baik kurang nutrisi atau yang telah memiliki penyakit bawaan seperti diabetes, memiliki risiko kematian yang semakin tinggi. Pada seorang yang memiliki ketahanan badan yang bagus, bisa saja virus corona cuman melekat saja, tetapi orang itu tidak alami tanda-tanda apa saja.
Skema makan beberapa warga Indonesia memanglah belum baik. Penelitian Kesehatan Dasar yang sudah dilakukan Kementerian Kesehatan Tahun 2018 memperlihatkan jika cukup banyak masyarakat negara Indonesia yang kekurangan nutrisi atau justru menanggung derita diabetes. Barisan ini yang berefek alami masalah kesehatan yang fatal saat diserang virus corona.
Kerangka "menahan Covid-19" ini yang sebetulnya masih perlu dipertegas tujuannya. Maknanya ini, rimpang-rimpangan memang memiliki kandungan bermacam senyawa bioaktif. Senyawa-senyawa dalam rimpang-rimpangan ini secara empiris atau secara ilmiah sudah dianggap memiliki dampak yang bagus untuk kesehatan, diantaranya sanggup tingkatkan ketahanan badan.
Disamping itu, bahkan juga banyak riset yang memperlihatkan senyawa-senyawa aktif dalam rimpang-rimpangan ini memiliki aktivitas detil, seperti anti-oksidan, anti-mikrobia dan anti-virus. Oleh karenanya, tidaklah aneh bila dari dahulu warga Indonesia sukai minum jamu dengan bisa tingkatkan ketahanan badan atau menyembuhkan penyakit tertentu.
Berdasar hal itu, karena itu "menahan Covid-19" dalam kerangka tingkatkan ketahanan badan seorang hingga gempuran Covid-19 tidak berpengaruh fatal memang rasional. Tapi sudah pasti "menahan Covid-19" dalam kerangka menahan transmisi penyebaran Covid-19 dari 1 orang pada orang lain perlu penelitian lebih jauh.
Penebaran virus pada intinya karena virus ini bisa perbanyak diri serta bermutasi. Nach senyawa aktif dalam rimpang-rimpangan memang beberapa mempunyai potensi untuk menghalangi pemisahan diri virus. Tetapi sudah pasti, penghalangan itu terjadi jika senyawa aktif dari rimpang-rimpangan ini dihajarkan langsung ke virus.
Permasalahan yang terjadi ialah, saat kita konsumsi rimpang-rimpangan, ada beberapa factor yang seterusnya punya pengaruh pada efektivitas rimpang itu untuk menghalangi virus. Faktor-faktor yang perlu ditelaah dan belum terdapat bukti ialah:
(1) apa fokus yang kita konsumsi telah cukup buat menghalangi virus?
(2) kalaulah kita konsumsi dengan fokus yang cukup, apa saat senyawa aktif dalam rimpang itu kita makan semua teresap pada tubuh? Atau justru masih terlilit dalam matiks makanan hingga tidak teresap badan?
(3) apa yang teresap oleh badan masih juga dalam wujud senyawa aslinya atau senyawa turunannya (metabolitnya)? Apabila sudah berbentuk metabolitnya, karena itu kekuatan anti-virusnya berlainan. Nach, selama ini belum terdapat bukti ilmiah yang memperlihatkan jika rimpang-rimpangan itu sanggup menghalangi Covid-19. Saat ada orang yang sampaikan hal tersebut, bisa saja itu terlampau overclaim. Walau pada umumnya rimpang-rimpangan memiliki kandungan senyawa bioaktif yang mempunyai potensi sebagai anti-virus, tapi tipe virus itu kan benar-benar berbagai macam. Karena itu satu senyawa bisa efisien sebagai anti-virus untuk satu virus tertentu, tapi tidak bisa efisien untuk virus lainnya.
Jadi rimpang-rimpangan "menahan Covid-19" maknanya rimpang-rimpangan itu bisa tingkatkan ketahanan badan, hingga kurangi risiko alami masalah kesehatan yang fatal saat diserang virus corona. Bila "menahan Covid-19" dalam kerangka menghalangi pemisahan diri virus, hal itu belum terdapat bukti ilmiahnya.
Herbal dan rempah memiliki senyawa Slot Online bioaktif yang bisa berpengaruh positif untuk kesehatan. Nach, agar bisa memiliki dampak kesehatan tertentu, senyawa bioaktif itu harus kita konsumsi pada fokus minimum tertentu. Bila tidak capai fokus itu, dampak kesehatannya kemungkinan benar-benar kecil atau bahkan juga tidak kita peroleh. Sudah pasti tanggapan badan tiap orang pada konsumsi herbal atau rimpang-rimpangan bisa juga berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar